SBY Maju Sebagai Ketum Demokrat, Parpol Lain Gerah! Mengapa?









Kongres Partai Demokrat di Surabaya yang berlangsung mulai Senin, 11 Mei sampai 13 Mei 2005, semakin membuat gerah partai-partai politik besar di tanah air jika Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tetap berambisi maju jadi kandidat Ketum (Ketua Umum) dan merebut kembali kursi ketua umum yang akan jadi agenda pokok selama kongres.



“Partai-partai politik, terutama partai arus besar lebih suka Demokrat dipimpin bukan figur SBY. Kalau Demokrat kembali dipimpin SBY, jelas jadi ancaman berat (parpol diluar Demokrat) menghadapi perebutan suara Pemilu 2019 mendatang,” kata peneliti senior Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menjawab LICOM di Jakarta, yang dilansir Sabtu (9/5/2015).



Karena itu, menurut Karyono, SBY apabila tetap ingin memimpin Partai Demokrat, seharusnya bukan cuma konsentrasi menghadapi manuver-manuver di internal Demokrat. Tapi, saran Karyono, yang lebih krusial adalah mewaspadai kemungkinan diobok-obok kekuatan di luar Demokrat untuk memberi suntikan terhadap “lawan politik” SBY dalam perebutan kursi Ketum.



“SBY dan loyalisnya harus mewaspadai itu. Sebab, kekuatan lawan politik SBY di internal Demokrat, pasca Anas Urbaningrum

dilengserkan dari Demokrat, mudah dibaca. Posisi SBY sebagai patron Demokrat masih sangat kuat,” kata Karyono, yang mantan

peneliti senior LSI ini.



Soal figur SBY jadi ancaman berat parpol lain, Karyono membeberkan, SBY punya ‘track’ rekor amat teruji. Karyono tidak menyinggung bergesernya empati publik terhadap figur SBY. Tapi, Karyono lebih mengalkulasi kepiawaian SBY mengelola partai berlambang mercy tersebut. Dan, itu dibuktikan dalam ‘track’ rekor SBY sejak berhasil menjadikan Demokrat sebagai parpol

pendatang baru di Indonesia, menembus angka perolehan suara (7,45%) sebagai partai ‘mainstream’ saat Pemilu 2004.





“Terakhir (Pemilu 2014), SBY bisa membuktikan bisa menyelamatkan Demokrat dari kondisi babak belur selama era dirinya menjadi Presiden RI kali kedua,” ungkap Karyono.



Ketika kader-kader unggulan Partai Demokrat rontok terjerat kasus-kasus korupsi, seperti dialami Anas Urbaningrum, Andi

Malarangeng, dan terakhir Jero Wacik, misalnya, memang banyak yang memprediksi Partai Demokrat diambang kehancuran dan bahkan terpental bukan cuma dari posisinya sebagai partai nomer satu saat Pemilu 2009. Tapi, banyak pula yang meyakini tidak

masuk dalam empat partai besar.



Faktanya, hasil Pemilu 2014, Partai Demokrat dalam kendali langsung SBY –menggantikan posisi Anas Urbaningrum–, bisa bercokol di urutan keempat dengan perolehan suara 10,9%, mengungguli PKB (9,04%), PN (7,59%), PKS (7,59%).



Karyono mengakui jika SBY tetap berambisi jadi Ketum pada kongres di Surabaya, memang tidak memberi kesempatan munculnya kader-kader potensi di tubuh Demokrat. Namun, dia menganalisis lantaran kekuatan partai-partai besar lain dipegang figur-figur politikus senior, praktis tidak ada jaminan bagi Demokrat untuk Pemilu 2019 akan menjadi lebih baik jika posisi SBY hanya di kursi ketua dewan pembina. Apalagi, saat SBY di posisi ketua dewan pembina, Demokrat sempat rontok.



“SBY masih paling layak jadi Ketum di Demokrat. Kondisi parpol di Indonesia saat ini menghadapi Pemilu 2019, tingkat bargain- nya beda, bahkan dinamika politiknya akan lebih keras. Karena lawan-lawan Demokrat seperti PDIP masih dipegang Megawati, Gerindra dikendalikan Prabowo, Golkar masih ada Ical (meski masih bermasalah), Nasdem dipimpin Surya Paloh,  Ketum Hanura Wiranto. Bahkan, ketum partai-partai Islam semakin matang,” jelas Karyono, mengakui tak bisa dipungkiri bahwa ambisi SBY juga tidak terlepas dari kepentingan politik SBY secara pribadi. @licom_09.











Sumber: lensaindonesia
SBY Maju Sebagai Ketum Demokrat, Parpol Lain Gerah! Mengapa? Reviewed by Unknown on 19.30 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Hak CiptaSuaraNews.com © 2014 - 2015 Template Design by Hatree Partner Gabe Boni and Crodile
Diberdayakan oleh Blogger.